Kalau berbicara tentang kejujuran, kayanya atau mungkin ya semua orang didunia ini tidak mungkin ada yang seratus persen jujur. kecuali malaikat. jadi tidak aneh kalau disana-sini masih banyak yang tidak jujur namun bagaimana kita bisa meminimalisir ketidakjujuran tersebut.
Berhubungan dengan masalah Ujian Nasional yang baru-baru ini telah dilaksanakan, menurut hemat kita semua telah menutup mata dengan adanya ketidak jujuran tersebut, karena sistemnya memang begitu dan kalau kita melawan arus maka kita sendiri yang akan mengalami kesulitan.
Jadi bgaimana supaya dapat terjadi perubahan, maka harus dirubah dulu sistemnya dan untuk merubah sistem harus kembali kepada pemegang kekuasaan dan yang berkepentingan.
Kembali lagi pada Ujian Nasional (UN) SMA/MA/SMK Tahun Pelajaran 2009/2010 yang berlangsung tanggal 22 – 26 Maret 2010 sudah berakhir beberapa minggu lalu, dengan isu dan berita kecurangan seperti halnya UN tahun-tahun sebelumnya.
Bila mendengar penjelasan mulai dari Mendiknas hingga panitia penyelenggara tingkat kota/kabupaten bahkan sekolah, semua menyuarakan kejujuran. Tapi bila bertanya kepada Pengawas-pengawas Ruang Ujian, banyak cerita keganjilan-keganjilan dlam pelaksanaan UN. Beberapa teman-teman kami yang mengawas di beberapa SMA/MA/SMK bagaimana “dagelan UN” berlangsung. Banyak peserta UN yang gelisah dalam mengerjakan soal,.dalam hal ini sangat mencurigakan dan anehnya pengawas diinstruksikan duduk manis, supaya tidak mengganggu peserta,.. aneh ya..Beberapa diantara mereka ada yang berani menuliskan dalam berita acara. Tapi sebagian berpikir: “untuk apa?….toh pemerintah, pejabat, atau bahkan semua orang sudah tahu kecurangan yang terjadi….”. Benar juga sih, dari jawaban-jawaban peserta satu ruang bahkan satu sekolah yang hampir seragam, jelas sekali indikasi kecurangan tersebut. Hasil Try Out berkali-kali selalu jeblok, tapi nanti hasil UN semua dijamin dengan nilai yang mencengangkan.
Memang mahal sekali sebuah Kejujuran dalam pelaksanaan UN, karena beberapa daerah, sekolah, bahkan pihak kepala sekolah dan guru harus mempertaruhkan “kredibilitas/jabatan” oleh hasil UN ini.
Kejujuran dan hati nurani selalu disuarakan dalam setiap kesempatan, akan tetapi selalu saja tidak sesuai dengan harapan. Kejujuran dan hati nurani mana yang saat ini dianut?? Keprihatinan akan sistem pendidikan yang membingungkan, siapakah yang salah?? Mudah-mudahan kemelut tentang UN segera berlalu, meski dengan was-was menunggu dampak generasi mendatang yang entah bagaimana…